Selasa, 29 November 2016

Revisi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)

SHARE

 Beberapa perubahan di UU ITE yang baru yaitu antara lain :


1.  Untuk menghindari multitafsir terhadap ketentuan larangan mendistribusikan,              mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik                  bermuatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik pada ketentuan Pasal 27        ayat (3), dilakukan 3 (tiga) perubahan sebagai berikut:



a.  Menambahkan penjelasan atas istilah "mendistribusikan, mentransmisikan dan/atau              membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik".

b.  Menegaskan bahwa ketentuan tersebut adalah delik aduan bukan delik umum.
c.  Menegaskan bahwa unsur pidana pada ketentuan tersebut mengacu pada ketentuan            pencemaran nama baik dan fitnah yang diatur dalam KUHP.



2.  Menurunkan ancaman pidana pada 2 (dua) ketentuan sebagai berikut:



a.  Ancaman pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik diturunkan dari pidana          penjara paling lama 6 (enam) tahun menjadi paling lama 4 (tahun) dan/atau denda dari        paling banyak Rp 1 miliar menjadi paling banyak Rp 750 juta.

b.  Ancaman pidana pengiriman informasi elektronik berisi ancaman kekerasan atau                  menakut-nakuti dari pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun menjadi paling            lama 4 (empat) tahun dan/atau denda dari paling banyak Rp 2 miliar menjadi paling              banyak Rp750 juta.



3.  Melaksanakan putusan Mahkamah Konstitusi terhadap 2 (dua) ketentuan sebagai        berikut:



a.  Mengubah ketentuan Pasal 31 ayat (4) yang semula mengamanatkan pengaturan tata          cara intersepsi atau penyadapan dalam Peraturan Pemerintah menjadi dalam Undang-        Undang.

b.  Menambahkan penjelasan pada ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) mengenai                keberadaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik sebagai alat bukti hukum      yang sah.



4.  Melakukan sinkronisasi ketentuan hukum acara pada Pasal 43 ayat (5) dan ayat (6)      dengan ketentuan hukum acara pada KUHAP, sebagai berikut:



a.  Penggeledahan dan/atau penyitaan yang semula harus mendapatkan izin Ketua                    Pengadilan Negeri setempat, disesuaikan kembali dengan ketentuan KUHAP.

b.  Penangkapan penahanan yang semula harus meminta penetapan Ketua Pengadilan            Negeri setempat dalam waktu 1x24 jam, disesuaikan kembali dengan ketentuan KUHAP.



5.  Memperkuat peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam UU ITE pada                 ketentuan Pasal 43 ayat (5):



a.  Kewenangan membatasi atau memutuskan akses terkait dengan tindak pidana teknologi      informasi;

b.  Kewenangan meminta informasi dari Penyelenggara Sistem Elektronik terkait tindak              pidana teknologi informasi.



6.  Menambahkan ketentuan mengenai "right to be forgotten" atau "hak untuk                    dilupakan" pada ketentuan Pasal 26, sebagai berikut:



a.   Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib menghapus Informasi Elektronik yang             tidak relevan yang berada di bawah kendalinya atas permintaan orang yang                           bersangkutan berdasarkan penetapan pengadilan.

b.   Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib menyediakan mekanisme penghapusan         Informasi Elektronik yang sudah tidak relevan.



7. Memperkuat peran Pemerintah dalam memberikan perlindungan dari segala jenis       gangguan akibat penyalahgunaan informasi dan transaksi elektronik dengan               menyisipkan kewenangan tambahan pada ketentuan Pasal 40:



a.  Pemerintah wajib melakukan pencegahan penyebarluasan Informasi Elektronik yang            memiliki muatan yang dilarang;

b.  Pemerintah berwenang melakukan pemutusan akses dan/atau memerintahkan kepada        Penyelenggara Sistem Elektronik untuk melakukan pemutusan akses terhadap Informasi      Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar hukum.
SHARE

Author: verified_user

0 komentar: